Makalah Ilmu Budaya Dasar “Tradisi Mudik yang Dilakukan Pada Hari Raya Lebaran”
Makalah
Disusun Oleh :
Muhammad Naufaldi I (54415708)
Muhammad Naufaldi I (54415708)
Kelas :
1IA08
1IA08
Fakultas
Teknologi Industri
Jurusan Teknik Informatika
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Edi Fakhri
Jurusan Teknik Informatika
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Edi Fakhri
__________________________________________
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Tradisi Mudik
yang Dilakukan Pada Hari Raya Lebaran”, yang bertujuan untuk memenuhi tugas
Ilmu Budaya Dasar.
Terlepas dari semua itu, Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka Penulis menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar Penulis dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata Penulis berharap semoga makalah Pemuda dan Sosialisasi ini
dapat memberikan manfaat maupun pengetahuan terhadap pembaca.
Depok, Juli 2016
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kata mudik mungkin tidak asing di telinga warga masyarakat
Indonesia, apalagi mendekati Hari Raya besar di Indonesia seperti halnya
Lebaran Idul Fitri, Lebaran Idul Adha dan Natal warga masyarakat Indonesia memikirkan
jauh-jauh hari tentang bagaimana cara untuk mudik ke kampung halaman tujuan
dari mudik tersebut yaitu tentu saja untuk merayakan Hari Raya bersama keluarga
dan sanak saudara di kampung halaman tercinta, karena tradisi mudik ini, kita
bisa berkumpul dan bercengkrama dengan keluarga besar kita yang dihiasi dengan
nikmatnya hari kemenangan. Selain itu mudik juga bisa jadi refreshing bagi kita
untuk melepaskan penat selama kita beraktifitas di kota, karena suasana
perkotaan identik dengan kegaduhan, kebisingan, kemacetan, polusi udara dan
lain-lain khususnya ibukota DKI. Jakarta, namun di saat ini mudik pada saat lebaran
atau hari raya lainnya tidak se-religi yang di idamkan karena banyak orang hanya
bergaya-gaya untuk mudik tetapi di sisi lain ekonomi mereka juga tidak mumpuni
sehingga mereka memaksakan untuk mudik agar terlihat bahwa mereka maju di
perantauan-nya untuk menunjukan kerabatnya di kampong halaman merasa terkesan,
hal ini justru menimbulkan efek negative bagi dirinya sendiri maupun
keluarganya.
Rumusan Masalah
Masalah-masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini diantaranya
1. Apa sejarah dari mudik ?
2. Apa factor yang
menyebabkan masyarakat melakukan mudik ?
3. Apa
dampak positif dan negative dari mudik ?
__________________________________________
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Mudik
Lebaran/Hari Raya merupakan salah satu momentum bagi masyarakat
Indonesia untuk mudik atau pulang kampung. Ternyata tradisi mudik lebaran untuk
berkumpul bersama keluarga dan mengucapkan selamat idul fitri ini tidak
tergantikan meski dengan beragam alat komunikasi yang semakin canggih.
Orang-orang rela antre, berdesak-desakan serta macet panjang demi bisa melaksanakan
tradisi pulang ke kampung halaman dan berkumpul bersama keluarga saat lebaran.
Fenomena mudik lebaran di Indonesia memang unik dan
jarang ditemukan di negara lain. Sekitar satu minggu sebelum lebaran, para
perantau berbondong-bondong meninggalkan ibukota dan kembali ke kampung
halaman. Mudik secara khusus memang ditujukan untuk momentum pulang kampung
saat lebaran saja. Sedangkan pulang kampung yang dilakukan pada hari biasa,
tidak mendapat sebutan mudik. Lantas bagaimana awal mula tradisi mudik lebaran
di Indonesia?
Awal Mula Tradisi
Mudik Lebaran di Indonesia
Dahulu antara mudik dan lebaran tidak memiliki kaitan
satu sama lain. Dalam bahasa Jawa ngoko, Mudik berarti ‘Mulih dilik’ yang
berarti pulang sebentar saja. Namun kini, pengertian Mudik dikaitkan dengan
kata ‘Udik’ yang artinya kampung, desa
atau lokasi yang menunjukan antonim dari kota. Lantas pengertian ini ditambah
menjadi ‘Mulih Udik’ yang artinya kembali ke kampung atau desa saat lebaran.
Sebenarnya tradisi mudik merupakan tradisi primordial
masyarakat petani Jawa yang sudah berjalan sejak sebelum zaman Kerajaan
Majapahit. Dahulu para perantau pulang
ke kampung halaman untuk membersihkan makam para leluhurnya. Hal ini dilakukan
untuk meminta keselamatan dalam mencari rezeki.
Namun istilah mudik lebaran baru berkembang sekitar
tahun 1970-an. Saat itu Jakarta sebagai ibukota Indonesia tampil menjadi
satu-satunya kota di Indonesia yang mengalami perkembangan pesat. Saat itu
sistem pemerintahan Indonesia tersentral di sana dan ibukota negara melesat
dengan berbagai kemajuannya dibandingkan kota-kota lain di Tanah Air.
Bagi penduduk lain yang berdomisili di desa, Jakarta
menjadi salah satu kota tujuan impian untuk mereka mengubah nasib. Lebih dari
80 persen para urbanis datang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Mereka yang sudah mendapatkan pekerjaan
biasanya hanya mendapatkan libur panjang pada saat lebaran saja. Momentum
inilah yang dimanfaatkan untuk kembali ke kampung halaman.
Hal ini terus berlanjut dan semakin berakar ketika
banyak urbanis yang mencoba peruntungannya di kota. Tidak hanya di Jakarta,
tradisi perpindahan penduduk dari desa ke kota juga terjadi di ibukota provinsi
lainnya di Indonesia. Terlebih dengan diterapkan otonomi daerah pada tahun
2000, maka orang semakin banyak mencari peruntungan di kota.
Sama seperti halnya di Jakarta, mereka yang bekerja di
kota hanya bisa pulang ke kampung halaman pada saat liburan panjang yakni saat
libur lebaran. Sehingga momentum ini meluas dan terlihat begitu berkembang
menjadi sebuah fenomena.
Media juga memiliki andil besar dalam mem-branding
kegiatan pulang kampung ini menjadi sebuah tradisi wajib saat lebaran. Dengan adanya program perusahaan dan
pemerintah yang memudahkan kegiatan pulang kampung, tradisi ini pun semakin
berakar.
Namun masyarakat memang tidak bisa meninggalkan
tradisi mudik ini. Ada hal-hal yang membuat perantau wajib melaksanakan pulang
kampung. Pertama mudik menjadi jalan untuk mencari berkah karena bisa bersilaturahmi
dengan keluarga, kerabat dan tetangga. Kegiatan ini juga menjadi pengingat asal
usul daerah bagi mereka yang merantau.
Tradisi mudik bagi perantau di ibu kota juga bertujuan
menunjukkan eksistensi keberhasilannya. Selain itu, juga ajang berbagi kepada
sanak saudara yang telah lama ditinggal untuk ikut merasakan keberhasilannya
dalam merantau. Mudik juga menjadi terapi psikologis memanfaatkan libur lebaran
untuk berwisata setelah setahun sibuk dalam rutinitas pekerjaan sehingga saat
masuk kerja kembali memiliki semangat baru.
2. Apa factor yang menyebabkan masyarakat melakukan
mudik ?
Ada
beberapa faktor yang
menyebabkan masyarakat melakukan
tradisi
mudik setiap tahunnya, yaitu pertama, arus migrasi
dari desa ke kota yang terus
terjadi.
Ini tidak terlepas
akibat masih terjadinya
ketimpangan pembangunan
antara desa dengan kota. Implementasi otonomi daerah
tampaknya masih belum
cukup untuk membendung arus migrasi dari desa ke kota.
Solusi terbaik untuk
mengatasi problem ini adalah mengimplementasikan
pembangunan berkonsep tata
ruang
agar pembangunan di
berbagai wilayah dapat
berjalan selaras. Tanpa
kebijakan demikian, kebijakan-kebijakan yang dilakukan
oleh pemerintah seperti
Operasi Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL), Operasi
Yustisi Kependudukan
(OYK) tidak akan menyelesaikan masalah bahkan justru
akan menuai masalah
baru. Kedua, adalah suatu kenyataan bahwa tradisi
mudik telah menjadi budaya
yang memiliki muatan-muatan psiko-sosial disamping
muatan religius. Faktor
kedua inilah yang tampaknya sulit untuk dirubah karena
menyangkut budaya yang
telah mengakar kuat pada masyarakat Indonesia
.
3. Apa saja dampak positif dan negative tradisi mudik
·
Dampak positif dari tradisi mudik yaitu dapat menjalin
silahturahmi dengan keluarga dan saudara-saudara kita yang jarang kita temui .
Dampak positif lainya dari aspek ekonomi, yaitu masuknya devisa dari luar
negeri dalam jumlah yang cukup besar dari TKI di luar negeri yang hijrah
kembali ke kampung halamannya masing-masing. Di samping itu juga makin luasnya
peredaran uang dari daerah perkotaan ke daerah pedesaan sehingga menambah
semarak di desa-desa.
·
Sedangkan dampak negatif dari tradisi mudik yaitu sering terjadi kemacetan di saat
musimnya tradisi mudik karena banyaknya masyarakat yang menggunakan kendaraan
pribadi, sampai-sampai banyak kecelakaan saat musim mudik. Paling banyak korban
menggunakan sepeda motor, hal ini sering terjadi karena faktor sang pengemudi
kelelahan/mengantuk atau pun terlalu banyak muatan yang di bawa saat
berkendara. Dan dampak dari sisi sosiologinya adalah mudik sebagai sarana untuk
Urbanisasi, karena mereka yang dari daerah berasumsi bahwa di kota besar mereka
akan mudah mendapatkan perkerjaan. Hal ini menimbulkan tidak meratanya
pembangunan, karena hanya terkonsentrasi ke kota-kota besar saja.
Meskipun
tradisi mudik lebaran membawa dampak positif yakni menambah solidaritas kekeluargaan
semakin kuat, akan
tetapi tradisi ini
juga membawa dampak
negatif bagi kota maupun desa. Bagi kota, tradisi mudik adalah awal dari persoalan pembangunan
kota, karena pada
umumnya jumlah penduduk
yang melakukan arus balik lebih besar
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang melakukan
arus mudik. Bertambahnya jumlah penduduk kota akan menimbulkan berbagai masalah baik
masalah fisik seperti
kemerosotan lingkungan, berkembangnya
pemukiman kumuh, kebutuhan perumahan,
masalah transportasi,
kemacetan
lalu lintas maupun masalah-masalah sosial yang khas seperti masalah pengangguran, anak jalanan,
gelandangan, pengemis, kenakalan remaja bahkan sampai pada Pekerja Seks Komersial
(PSK).
__________________________________________
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mudik adalah
suatu tradisi yang sudah ada sejak lama, tak ayal budaya ini menjadi suatu
kebutuhan primer bagi sebagian orang karena demi terlihat berkembang di
perantauannya yang bertujuan agar kerabat di kampung halamannya merasa terkesan
akan jerih payah yang di lakukannya. Mudik selalu terjadi dan mengalami
peningkatan di karenakan arus migrasi dari desa ke kota (urbanisasi) yang terus
terjadi dikarenakan sebagai akibat masih terjadinya ketimpangan pembangunan
antara desa dengan kota dan merupakan tradisi yang telah membudaya, yang
memiliki muatan-muatan psiko-sosial disamping muatan religius sehingga sulit untuk dirubah karena menyangkut budaya
yang telah mengakar kuat pada masyarakat Indonesia.
B. Saran
Di harapkan
tradisi mudik di Indonesia tidak diiringi dengan para perantau yang ingin
mencoba-coba peruntungan nya di ibukota, baik halnya jika mereka memiliki skill
atau kemampuan yang mumpuni agar pada saat di ibukota mereka tidak menjadi
gelandangan dan pengemis yang juga akan berakibat lonjakan penduduk di ibukota
dan sementara itu di desa mengalami sebaliknya.
__________________________________________
Daftar Pustaka
https://jundiurna92.wordpress.com/2009/10/19/fenomena-mudik-sebuah-ritual-tahunan-menjelang-lebaran/
Komentar
Posting Komentar